Ads 720 x 90

DOLOK MERANGIR ~ PERISTIWA G30S

Oleh: Hariswan Indra
Sebelum meletusnya peristiwa G30S, ada suatu kejadian yang secara kolektif melibatkan seluruh warga masyarakat di lingkungan perkebunan Dolok Merangir; yaitu program latihan “penyelamatan diri” dari ancaman serangan udara pesawat-pesawat tempur milik pasukan Neo-kolonialis dan imperialis (sekutu) yang mendukung Malaysia pada masa itu.

Sebagai antisipasi dan upaya penyelamatan dari serangan udara yang konon katanya dapat terjadi sewaktu-waktu itu, maka oleh aparat yang berwenang, seluruh warga masyarakat perkebunan Dolok Merangir (termasuk keluarga kami tentunya) diharuskan untuk membuat semacam bunker (atau lebih tepat seperti penggalan parit) di halaman belakang rumah masing-masing dengan ukuran setandar sedalam 1,5M x lebar 1,5M x panjang minimal 3M. Sedangkan tanah hasil galiannya harus ditumpuk sepanjang sisi kiri atau kanan lubang galian, dibentuk menyerupai tanggul dengan maksud untuk melindungi warga dari kemungkinan terkena serangan peluru artileri (serangan darat). Pokoknya, persis seperti lubang-lubang perlindungan pasukan Zeni yang sering kita lihat dalam filem-filem perang versi Hollywood!

Jika rumah warga berupa rumah petak-sambung, maka ukuran panjangnya disesuaikan dengan jumlah seluruh anggota keluarga penghuni rumah, sehingga luas rata-rata bunker mereka menjadi berdiameter 4 s/d 8 meter. Untuk pembuatan bunker ini para pekerja khusus (buruh cangkul) sudah disiapkan dengan pengawasan ketat dari beberapa orang mandor. Jam malam pun waktu itu diberlakukan dan siapa saja yang kepergok masih keluyuran lewat jam 22.00 malam, sudah pasti akan dibawa ke Pos Satpam (dulu kami sebut Hansip ) untuk diintorogasi, atau bahkan dimasukkan ke dalam kurungan untuk waktu yang tidak jelas!

Terhadap situasi ini seluruh warga pun dibekali dengan "juklak" (ditebarkan dari pesawat udara) tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan diri dan keluarga masing-masing, termasuk apa yang harus dan dilarang dilakukan khususnya pada saat terjadi serangan musuh.

Sedangkan sebagai antisipasi terhadap bahaya serangan udara ini, maka pada malam-malam tertentu (acak), dilakukanlah latihan massal yang melibatkan seluruh penduduk, dimulai dengan dibunyikannya sirene pabrik yang mengaung-ngaung hingga terdengar jauh sampai ke pelosok-pelosok emplacement sebagai peringatan akan adanya serangan udara. Untuk lebih meyakinkan masyarakat, aliran listrik pun ikut padam sehingga semua lampu, termasuk penerangan jalan padam. Dalam situasi seperti ini bahkan merokok pun sama sekali dilarang, sehingga tentu saja keadaan sekeliling menjadi gelap gulita!

Jika sudah begini, seluruh warga pun langsung berhamburan keluar rumah dan masuk ke dalam lobang perlindungan di belakang rumah masing-masing. Begitu meyakinkannya propaganda lewat radio, selebaran, ditambah lagi dengan suara pesawat terbang sungguhan yang meraung-raung diatas kepala, mau tak mau membuat semua orang percaya bahwa negara memang benar-benar sedang dalam keadaan bahaya perang!



Pada saat kejadian ini berlangsung, kami sekeluarga masih tinggal di rumah gereja yang bertetangga dengan keluarga Haji Toledo. Kalau ada yang tahu dan masih ingat, persis di bagian belakang rumah tersebut tumbuh sebatang pohon jenis beringin raksasa bergetah merah Ficus macrophylla (?) yang sudah berusia puluhan tahun dengan cabang-cabang berdiameter 1 s/d 3 meter dengan akar-akar gantungnya berjuntaian ke segala arah.

Mengingat akar tunjang dari pohon beringin tua ini sudah menjalar kemana-mana bahkan telah mengakibatkan retak dan pecahnya beberapa ubin rumah kami akibat desakan akarnya yang kuat, maka untuk menghentikan "invasi" akar beringin sekaligus membangun bunker perlindungan keluarga (sekali mendayung dua pulau terlampaui), maka Alm. ayah kami memutuskan untuk membuat lubang bunker yang panjangnya lebih dari 10 meter, terbentang di antara posisi tumbuhnya pohon beringin dan letak rumah kami. Dengan demikian seluruh akar yang tumbuh mengarah ke rumah praktis terpotong semua.

Atas perintah ayah kami tsb, maka tak lama kemudian jadilah sebuah "super bunker" sebagai tempat perlindungan yang cukup luas bagi seluruh anggota keluarga.

Begitulah, setiap kali terdengar raungan sirene yang diikuti dengan pemadaman aliran listrik, kami pun langsung berhamburan keluar rumah dan segera masuk kedalam bunker untuk berlindung. Ketegangan ini - karena kami tidak tahu apakah ini sedang latihan atau benar-benar akan ada serngan udara - biasanya baru mereda setelah sirene tanda aman dibunyikan dan aliran listrik kembali dinyalakan. Namun karena seringnya latihan ini dilakukan, lambat laun akhirnya masyarakat menjadi terbiasa, tanpa sedikitpun menyadari bahwa sebenarnya kami semua telah dengan sukarela menggali lubang kuburan untuk diri sendiri dan seluruh anggota keluarga!

Mengapa demikian?
Setelah peristiwa G30S yang didalangi(?) PKI itu ternyata pada akhirnya tokh gagal total, maka setelah pentolan-pentolan dan pengikut fanatik partai ini "menghilang" dari bumi Dolok Merangir, dalam sebuah dokumen yang kemudian ditemukan di salahsatu kantor CCPKI, terungkap adanya rencana sistemik untuk melenyapkan seluruh warga masyarakat Dolok Merangir yang non-PKI dengan cara mengumpulkan dan menggiringnya ke pinggir bunker, kemudian "dibredel" dengan senjata otomatis.
Pekerjaan selanjutnya tinggal mendorong mayat-mayat yang sudah "dihabisi" tersebut ke dalam lubang bunker, lalu ditimbun dengan onggokan tanah yang memang sejak awal sudah disediakan di sana.

Dalam daftar begitu banyak orang maupun keluarga yang akan "dihabisi" tersebut, kemudian diketahui bahwa keluarga Alm. Ayah saya ternyata termasuk dalam urutan di baris atas!

Alhamdulillah, atas kehendak dan perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, rencana jahat gerombolan pemberontak yang demikian rapih dan terorganisir itu tidak pernah terwujud sesuai dengan keinginan mereka.

Bayangkanlah, apa jadinya seandainya rencana itu benar-benar terlaksana? Yang hampir pasti hari ini tidak ada saya yang mau bersusah payah untuk menceritakan kembali potongan peristiwa bersejarah Dolok Merangir yang menegangkan ini kepada Anda, anak-anak, dan cucu-cucu kita bukan? ~ Selesai.


Kisah sebelumnya; 



Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter